Selasa, 08 Agustus 2017

Berjalan kembali

Sedikit demi sedikit jalan yang beberapa bulan lalu terasa gelap tanpa adanya titik cahaya yang menyinari, perlahan namun pasti cahaya itu telah muncul dari diri saya sendiri dan telah menunjukan jalan yang benar-benar ingin saya tempuh.  Walau sempat ada cahaya yang cukup mengganggu sebulan yang lalu, saya pun menolak cahaya itu menjadi cahaya dalam perjalanan saya dan cahaya itu pergi seperti yang saya pikirkan.

Saat ini kondisi saya untuk berjalan belum semantap dua setengah tahun yang lalu, namun saat ini saya berjalan atas kehendak saya sendiri tanpa membuat mimpi orang lain itu menjadi mimpi saya, jika teringat masa lalu, saya akui, saya terlalu buta karena sinar yang begitu terang sehingga saya tidak bisa melihat jalan yang penuh dengan ranjau itu, dan mungkin memang benar ketika itu hati saya telah dibawa lari sehingga saya tidak dapat merasakan sakitnya berjalan diatas ranjau kehidupan. Namun, pengalaman itu menjadi sebuah pelajaran yang sangat berarti dalam hidup saya, mungkin suatu hari nanti saya bisa memaafkan apapun yang pernah terjadi dahulu.

Ya, benar kata pepatah "tidak ada yang sempurna di dunia ini, kesempurnaan itu hanya milik tuhan."


Minggu, 04 Juni 2017

Y to the O to the double S and I

Dirimu datang tiba-tiba !
Memberikan kejutan yang menawan dalam kelamnya hidup ku saat itu.
Dirimu telah mengajarkan aku tertawa kembali, melihat cerahnya dunia dan hangatnya kasih sayang.
Dengan kenekatan dan manisnya kata-kata mu saat itu,membuat ku ingin berjalan bersama mu.
Dengan segala perbedaan yang ada pada diri kita,
Perbedaan yang selalu menjadi masalah,
Agama, suku dan latar belakang keluarga yang yang sangat jauh.

Aku sempat berpikir apakah dirimu adalah orang yang akan mengisi hidup ku sampai tutupnya usia ku?
Namun, bayangan gelap dari masa lalu ku masih menghantui ku.
Dan bayangan itu pun mungkin juga menghantui mu.
Aku mencoba untuk menerima dirimu dengan cara ku,
Mungkin kamu sudah menerima diriku dengan segala kekurangan ku,
Namun ternyata alam semesta berkata lain.

Awal perjumpaan kita sangat manis,
Tidak dapat dikatakan dengan kata kata.
Kamu meyakinkan aku dengan kata dan tingkah mu,
Kamu berlaku sangat menyayangi dengan tulus,
Kamu mengisi hari ku dengan tawa canda,
Kamu mengajar kan ku untuk tulus menerima segala hal,
Kamu mengajarkan ku untuk bangkit lagi,
Perbedaan yang kita sadari, kita lupakan dalam sekejap.
Namun, ternyata alam semesta mendengarkan do'a ku kembali
Mungkin alam semesta juga mendengarkan do'a mu lagi.

Alam semesta mengirimkan dirimu seorang yang lain yang lebih pas untuk mu,
Bukan diri ku yang terasa memiliki sejuta perbedaan dengan diri mu.
Jujur, aku sedikit kecewa karena ketika kamu tau, kamu menutupi hal tersebut,
Namun aku sadar satu hal, bahwa aku pernah meminta juga pada alam semesta,
Bahwa jika dirimu bukan untuk ku, segeralah lepaskan ia dengan bahagia, kirimilah ia pasangan yang cocok untuknya.
Dan ternyata saat ini aku bisa tersenyum dan berhasil menulis tulisan yang susah ku ungkapkan.
Aku sedih, namun aku bahagia untuk mu.


Terima kasih untuk mu, karena telah mengulurkan tangan mu pada ku.
Terima kasih atas segala perlakuan mu untuk ku.
Terima kasih karena telah mengembalikan warna hidup ku.

Terima kasih alam semesta karena telah mengingatkan ku, bahwa dunia belum berakhir lewat orang yang ku lihat cukup tulus menyayangiku,
Terima kasih karena telah mengirim seseorang yang mewarnai hidupku walau sekejap.
Terima kasih alam semesta karena engkau sayang kepada kami.

Aku tau "every hello, can end up with good bye"

Bahagialah selalu dirimu disana, dan terima kasih karena sudah pernah berjalan disebelah ku dan mengajarkan banyak hal untuk ku.


Selasa, 30 Mei 2017

Awal dari perjalanan

Awal april merupakan salah satu bagian terburuk yang terjadi lagi pada hidup saya. Saya kehilangan banyak hal yang saya perjuangkan dan saya sayangi. April tahun 2017 merupakan bulan yang menyedihkan dan menyiksa untuk saya, tahun 2017 saya berganti umur dengan kesedihan yang mendalam hingga saya lebih banyak bengong meratapi apa yang terjadi, namun juga membuat saya berjuang ikhlas atas apa yang terjadi. 

Awal bulan april 2017, merupakan bulan dimana saya merasakan kembali patah hati untuk seseorang yang saya anggap partner kerja terbaik saya, bahkan saya berpikir bahwa dia akan menjadi teman hidup saya di tempat kemarin saya berjuang. Namun, ternyata alam semesta berkata lain, kami dipisahkan oleh persoalan yang entah karena apa dan membuat saya enggan untu menghubungi orang tersebut. Kenangan yang kami buat selama hampir 5 tahun perjalanan pertemanan kami menjadi sesuatu yang hanya khayalan di mata saya, namun terasa nyata. Saya bilang semua itu adalah khayalan karena ada seorang yang juga ada di lingkungan kami, menanyakan kepadanya mengenai beberapa kelakuan dirinya terhadap saya dan kalian tahu, ia menyangkal itu semua dihadapan seseorang tersebut dan ia tidak membantah itu semua ketika seseorang itu membuka kisah kami di depan saya beserta teman saya lainya.

Bagaimana perasaan saya tidak campur aduk mengenai pengakuan yang diakui darinya yang disampaikan oleh orang lain mengenai kami, ia pernah mengatakan bahwa ia peduli terhadap saya dan peduli yang ia tujukan kepada saya adalah nyata, namun ketika dihadapan 9 orang kala awal april itu, yang saya ingat dia hanya diam dan mengangguk seakan mengiyakan apa yang dikatakan seseorang itu. Seketika itu juga perasaan saya remuk seperti dihantam oleh alat penghancur yang sangat luar biasa hingga perasaan saya itu menjadi bongkahan kosong dengan banyaknya debu di sana. Pagi setelah pertemuan kami di awal april itu, saya merekap ulang apa yang telah saya dan partner saya pernah alami bersama, bagaimana dan sejauh apa saya berjuang untuk "kami" dan tempat usaha kami, sebanyak apa dan sesabar apa, saya menemani ia berjalan bahkan ketika ia telah memilih pendamping hidupnya saat itu, saya melakukan itu semua tanpa memikirkan dampak terhadap perasaan saya, saya hanya ingin mendukungnya dan melihat ia berjalan menuju puncak kejayaan kehidupannya. Bohong, jika saya tidak pernah memikirkan untuk menjadi pendamping hidupnya hingga usia menutup kisah kami, namun saya tidak pernah mau merusak apa yang telah kami jalani, saya tidak pernah mau menanyakan akan kah hubungan kami akan serius sampai menjadi pasangan resmi dihadapan alam semesta ataupun hukum.

Selama 3 tahun ke belakang, saya sangat ikhlas mendampingi dirinya tanpa meminta lebih kepadanya, kami memiliki mimpi yang sama atau mungkin mimpi dia menjadi mimpi saya juga, tapi sesungguhnya mimpi ia juga keinginan saya. Bagaimana tidak bahwa mimpi kami sama untuk membuat bisnis property panggung teater bersama dengan segala macam mimpi dan keinginan yang menjadi bahan perbincangan kami, mencari cara bagaimana bisnis kami ini bisa berjalan dengan baik, bersama teman-teman kami yang lain. Masih banyak sekali janji diantara kami berdua yang mungkin hanya kami dan tuhan yang tau, terlalu banyak janji pahit dan manis yang terlontar diantara kami berdua, tapi saat ini dan seterusnya saya hanya ingin menyimpan sebagian janji saya kepada dirinya dan mudah-mudahan ia masih ingat dengan janjinya kepada saya. Tapi, yang saya inginkan untuk saat ini dan mungkin kedepannya, saya tidak ingin berhubungan baik dengannya, karena saya takut tergoda untuk mendukung ia kembali.

Alasan saya menulis ini semua karena, saya ingin mendukung seseorang yang baru saja hadir dalam hidup saya, saya tidak ingin dibebani oleh masa lalu kami yang mungkin menjadi masa depan kami yang telah dihancurkan sendiri oleh dia. Saya akan memenuhi janji saya kepadanya ketika saya sudah mampu menatapnya sebagai teman biasa saya, tanpa perasaan lebih untuknya. Maaf, saya akan berhenti menatap dan mendukung dia dalam hidup saya. Maaf, mungkin saya tidak dapat menuhi janji saya kepada dirimu itu, karena saat saya memposting tulisan ini, saya sudah siap untuk memberikan dukungan saya untuk seseorang yang baru datang di dalam hidup saya, seseorang yang telah merubah keabu-abuan yang nyaris hitam menjadi sedikit demi sedikit penuh warna kembali.

Untuk kamu yang telah saya temani selama 3 tahun ini, selamat tinggal untuk semua kenangan kita, saya mohon kepada mu untuk tidak meminta kembali dukungan yang pernah saya berikan dan kamu buang begitu saja dengan caramu, walau belum tentu kamu akan memintanya kembali karena saya ingat kalimat mu "saya akan baik-baik saja tanpa dirimu.", walau saya masih terbayang akan kehadiran mu saat ini, saya akan berjuang untuk melangkah maju untuk awal yang baru untuk diri saya. Terima kasih atas segala pelajaran yang telah kamu tulis dalam hidup saya.

Untuk kamu yang baru datang dalam hidup saya, selamat datang dalam hidup saya, kamu patut saya perjuangkan walau perbedaan kita sangat besar. Saya akan mendukung kamu dan saya akan berjalan disamping mu agar kamu bisa menggapai mimpi mu. Terima kasih karena telah datang disaat tergelap hidup saya saat ini, terima kasih sudah mengulurkan tangan mu untuk membantu saya bangkit. Saya akan belajar untuk berjalan bersama mu.

Terima kasih semesta karena telah memberikan pengganti partner saya.

Salam sejahtera untuk kalian semua.


Kamis, 27 April 2017

Pikiran dan hanya pikiran.

Beberapa pekan yang lalu saya membuat banyak orang yang ada di sebagian lingkaran pertemanan saya kecewa. Bukan karena saya tidak sayang kepada mereka, namun bisa dibilang saya mulai lelah dengan keadaan di tempat itu. Saya mencari cara bagaimana saya bisa keluar dari tempat itu dan membuat mereka menyalahkan saya, ya... saya melakukan itu dengan tujuan, agar saya tidak merasa ingin kembali lagi ke tempat tersebut.

Namun saya baru tau bahwa apa yang saya tujukan meleset dari perkiraan saya. Saya hanya ingin bilang permasalahan yang timbul di antara kita itu sudah ada campur tangan orang lain dalam penyebaran isu yang saya sendiri tidak sadar. Saya tidak pernah mengajak orang lain untuk membenci atau menjauhi salah seorang diantara kita. Kalau ingin berkata jujur, jika saya tidak memiliki hati seperti kata kalian, saya akan membuka semua yang pernah kalian katakan kepada saya mengenai salah seorang dari kalian itu. Tapi, saya tidak ingin membuka itu semua karena saya tau kalian tidak akan pernah mengakui perkataan jahat kalian mengenai orang tersebut, karena ia adalah senior kalian bahkan seorang tokoh di lingkungan kita berada, walau untuk saya orang itu bukanlah tokoh. Istilah tokoh di kalangan kita itu saya dapatkan dari seorang senior yang lebih senior dibandingkan dirinya.

Maaf, jika ternyata pertemuan kita beberapa pekan yang lalu tidak menghasilkan kesimpulan yang baik, bahkan ada yang bilang bahwa saya menantang orang tua yang bermasalah dengan saya itu, bagaimana tidak terlihat menantang, jika saya merasa bahwa saya dipojokkan oleh 9 orang dari kalian? Secara psikologis saya, yang saya lakukan adalah mempertahankan diri saya. Ketika saya tau masalah kedua yang menjadi permasalahan kenapa orang tua ini kesal kepada saya, saya kaget karena permasalahan itu bukan permasalahan yang saya buat, tapi menurut saya itu adalah buah yang dirinya lakukan pada saat itu.

Saya hanya ingin mengungkapkan sedikit saja dengan banyak kata yang akan membuat kalian yang membaca kesal, karena banyak sekali kata yang tidak jelas ditujukan kepada siapa. Saya ingin menulis ini hanya untuk sekedar meringankan lubang yang kalian buat dihati saya, karena jika tidak saya tulis, lubang itu akan terus terbuka tanpa bisa saya tutup. Saya hanya ingin menyimpan kenangan masalah saya dengan kalian atau yang menurut saya masalah tapi menurut kalian bukan masalah.

Saya hanya ingin menyampaikan kepada teman saya yang juga rekan kerja saya, bahwa kalian tidak salah namun hati saya terluka terhadap apa yang kalian lakukan kepada saya, saya tidak tau apakah perjuangan kita selama ini tidak berarti buat kalian? Maaf jika kalian tidak bisa menghubungi saya melalui sebagian aplikasi chating, namun saya sedang berusaha ikhlas untuk menerima perlakuan kalian kepada saya. Saat ini saya ingin berjalan tanpa memikirkan lubang yang ada saat ini. Maaf untuk segala yang pernah saya perbuat dari awal tahun 2017 hingga akhir bulan maret 2017, ternyata benar kata orang, hanya orang yang merasa pernah berjuang bersamalah yang akan memaklumi, tapi entah kenapa disini hanya saya yang merasa berjuang dan saya merasa bahwa kalian tidak melihat saya berjuang bersama kalian dengan kelakuan kalian awal bulan april lalu.

Semoga tempat usaha yang saya tinggalkan kemarin mendapatkan pekerjaan yang banyak, sehingga saya tidak akan kepikiran oleh tempat itu. Semoga kalian lebih bahagia tanpa saya, semoga tuhan melindungi kalian semua.


Salam sejahtera untuk kalian semua.

Senin, 06 Maret 2017

Menyakiti, disakiti, memaafkan

Menyakiti, sebuah kata yang didalam kehidupan pertemanan saya sangat tabu, banyak yang berpikir bahwa menyakiti seseorang demi kebaikan diri sendiri adalah hal yang salah, lebih baik kita disakiti dari pada menyakiti.

Sedikit banyak dari teman saya, yang dulunya teman saya, partner hidup saya, rekan kerja saya dan bahkan cikal bakal saya, hampir selalu merasa disakiti, sedikit banyak dari mereka berpikir mereka adalah korban dari perasaan tersakiti yang dibuat oleh keadaan disekitar mereka, tanpa memikirkan keadaan yang bisa dibilang pelaku yang menyakiti. Saya banyak melihat diantara teman - teman saya, bahkan saya sendiri mengakui bahwa menjadi korban yang disakiti sangatlah menyenangkan. Kenapa saya bilang menyenangkan?, Karena yang merasa disakiti merasakan kenikmatan bahkan kelegaan karena menyalahkan yang menyakiti dirinya. Kenapa saya bisa bilang seperti itu, karena saya mengalami sendiri, menyalahkan diri sendiri adalah hal yang sulit, bahkan kalau bisa saya atau korban disakiti menyalahkan yang bisa disalahkan.  Haaaa, yaa saya mengakui menyalahkan orang lain itu kenikmatan tiada tara. Saya secara pribadi lebih cenderung menyalahkan orang lain dan hingga mungkin menyakiti orang tersebut, namun dengan seiring berjalannya waktu, saya sadar satu hal, yang bisa menyakiti diri kita sendiri adalah diri kita sendiri dan yang merasa disakiti juga diri kita sendiri. Memang sedikit banyak orang lain selalu menyalah - nyalahkan orang lain kembali, namun sadarkah orang-orang tersebut, bahwa semakin kamu menyalahkan orang lain atas keadaan mu, semakin kamu merasa disakiti oleh orang lain tersebut dan semakin kamu mengumbar kesakitan dirimu kepada khalayak ramai. Disitulah kamu menyakiti dirimu sendiri.

Kenapa saya bisa bilang seperti itu? Ada seorang teman mengatakan kepada saya, ketika saya menceritakan bagaimana saya telah disakiti, ia berkata "sudah, sudah, sudah, jangan kau ingat-ingat lagi kejadian itu. Sudah,sudah, sudah kurangi menyalahkan orang tersebut yang telah menyakiti mu. Sudah, kamu lebih baik berhenti bicara dan kosongkan pikiran mu dari rasa sakit itu." , awalnya aku merasa dia sudah tidak ingin mendengarkan saya mengeluh dan menyalahkan orang lain atas perasaan saya, namun setelah saya diam sejenak, perasaan saya jadi lebih tenang. Kemudian, teman saya itu berkata "alangkah baiknya jika kamu menyalahkan dirimu saja, bukan orang lain. Belum tentu dia menyakitimu, bisa jadi kamu yang menyakitinya. Belum tentu dia disakiti oleh mu, bisa jadi kamu yang disakiti olehnya. Saran ku, kamu maafkan saja semuanya, buang jauh-jauh rasa disakiti dan menyakiti, maafkan saja yang disakiti dan menyakiti."

Yaa, setelah mendengarkan ia berkata seperti itu, bukan berarti saya langsung bisa memaafkan orang yang telah menyakiti saya ataupun memaafkan diri saya yang telah menyakiti orang lain. Namun, saya lebih bisa berhati-hati dalam menjawab pertanyaan beberapa teman mengenai hubungan saya dengan si a, si b ataupun si z.


Menyakiti itu mudah, merasa disakiti juga sangat mudah, yang sulit itu memaafkan, namun kenapa kita semua gak saling memaafkan saja, daripada saring serang dan melempar berbagai cacian halus bersirat tapi secara gamblang terlihat maksudnya apa. Kenapa harus terus merasa disakiti tanpa memikirkan keadaan orang yang menyakiti, mungkin saya boleh mengatakan jika menyakiti itu adalah cara satu-satunya untuk membela diri kenapa tidak? Mengapa yang disakiti merasa harus terus dibela padahal dia yang menyakiti yang menyakiti dengan menyebarkan isu mengenai dirinya dan bersembunyi dibalik topeng kuasa itu? Mengapa yang disakiti dan menyakiti tidak saling memaafkan saja?


Salam bahagia untuk yang merasa disakiti, salam bahagia untuk yang menyakiti dan salam sejahtera untuk yang memaafkan.

Sabtu, 04 Maret 2017

Mentari dan Angin

Mentari dan angin, itulah bagaimana aku memanggil mereka yang mungkin benar-benar selalu ada disamping ku. Mereka memiliki perbedaan yang sangat terlihat, baik dari segi fisik maupun pikiran.

Mentariku, begitulah aku mengumpamakan salah seorang itu jika ingin bercerita, mentariku selalu menghangatkan hari ku bahkan terkadang panas yang ia berikan terlalu berlebihan, hingga aku kegerahan.

Anginku, begitulah aku mengumpamakan salah seorang lainnya jika ingin bercerita, Anginku selalu datang disaat keadaan ku sedang membutuhkan seseorang, dengan hembusannya yang menyejukkan bahkan terkadang terlalu kencang hingga aku menggigil kedinginan.

Mentariku dan Anginku mereka mungkin bisa dikatakan manusia yang peduli dan sayang kepada ku apapun keadaan ku. Mereka selalu datang bergantian dalam hidup ku, jika mereka ada disaat yang bersamaan, mereka akan terdiam melihat ku, namun yang aku sadari Anginku selalu memberikan kesempatan kepada Mentariku untuk tetap bersama ku, walau mungkin dengan berat hati, karena sifat Anginku sangatlah tidak pasti, ia bisa pergi dan datang sesuka hatinya ke dalam hidupan ku. Sebaliknya, jika Mentariku tahu bahwa aku membutuhkan hembusan dari Anginku ia akan mengalah dan sedikit bersembunyi dan mungkin mengamati ku dari jauh.

Hingga saat ini, aku tidak pernah bisa memilih antara Mentariku atau Anginku, yang aku tahu adalah apapun keadaan mereka dan mereka membutuhkan ku untuk kembali, aku akan berada di samping mereka untuk memberikan dukungan yang sama, seperti mereka yang selalu memberikan dukungan kepada ku.

Mentariku, mungkin sampai kapanpun dirimu akan terlihat dimata ku, seperti matahari yang selalu menyinari bumi. Mungkin itulah mengapa aku memanggilmu,Mentariku.

Anginku,mungkin sampai kapanpun aku akan tetap bisa merasakan kehadiranmu. Seperti angin yang selalu berhembus di muka bumi. Mungkin itulah mengapa aku memanggilmu, Anginku.

Saat ini, entah bagaimana ceritanya, Mentari ku seakan bersembunyi dibalik awan, hingga aku kesana kemari mencarinya, mungkin saat ini aku akan membiarkannya berpikir, apakah dirinya sanggup tetap berada disampingku dan menerangi hari-hari ku.

Begitu juga dengan Anginku, saat ini ia sedang bepergian entah kemana sehingga akupun tidak dapat merasakan hembusan halusnya didalam hidupku. Mungkin sudah saatnya aku akan membiarkan Anginku berpikir apakah ia sanggup berada disampingku dan memberikan kesegaran di setiap hari ku.

Aku terkadang berpikir, aku ini makhluk yang paling egois, karena aku tidak pernah bisa memilih antara Mentariku ataupun Anginku. Aku terlalu takut untuk memilih, aku terlalu takut untuk kehilangan mereka, walau saat ini yang terasa padaku mereka akan meninggalkan aku untuk melanjutkan hidup mereka, jikalau seperti itu aku akan mengikhlaskan mereka mencari sesuatu yang baru untuk mereka perjuangkan, Mungkin aku akan terlihat hampa, namun aku berjanji kepada diriku sendiri, aku tidak boleh menyesali apapun yang akan mereka pilih, karena semua itu adalah kesalahanku. Maafkan keegoisan ku, maafkan ketidakpekaan ku, maafkan aku.

Berbahagialah kalian, dengan atau tanpa diriku. Selamat berjuang Mentariku dan Anginku. Aku akan selalu mendo'akan yang terbaik untuk kalian. Aku akan selalu disamping kalian jika kalian membutuhkan ku.

Terima kasih kesayanganku, Aku selalu menyayangi kalian berdua.


Minggu, 26 Februari 2017

Datang, pergi dan datang

Tanpa disadari sudah banyak manusia yang datang dan pergi dalam kehidupan saya, dari hanya kenal menjadi teman, kemudian menjadi seseorang yang tidak saya kenal.
Banyak orang yang datang dan pergi sesuka hati ia didalam kehidupan saya. Namun, ada juga yang datang dan tidak pernah pergi sampai detik ini. Walaupun terkadang saya yang menghilang dari dunia mereka tetapi mereka tetap ada untuk saya untuk sampai saat ini. Saya memandang teman seperti teman tersebut memandang diri saya. Ketika teman itu memilih hidupnya tanpa saya, saya pun tidak akan memaksa mereka untuk hidup didalam kehidupan saya.

Seorang teman pernah berkata "kamu memang mencintai banyak orang, kalau pun ada satu orang yang lebih kamu cintai, kamu tetap dengan prinsip mu. Kamu lebih mencintai dirimu sendiri daripada mencintai diri orang lain. Baik itu sebagai teman ataupun lebih dari teman".
Terkadang saya ingin menghilangkan pikiran itu, namun setelah sekian lama saya hidup, sebanyak itu juga yang telah mengkhianati kepercayaan saya terhadap mereka. Mungkin dulu, saya akan memaklumi hal tersebut, namun saat ini saya lebih memilih untuk melindungi diri saya.
Saya pernah mengatakan " i love you, but i love me more". Ketika saya disakiti satu kali, saya akan memaafkannya, namun jika untuk kedua dan ketiga kalinya, saya hanya bisa mengatakan "maaf, saya sudah tidak bisa memberikan kepercayaan saya kepada anda. Maaf, saya sudah tidak ingin merendahkan diri saya hanya untuk anda sakiti. Karena telah berulang dan anda tidak percaya kepada saya. Saya kuat untuk tidak memikirkan rasa sakit itu, namun rasa sakit itu selalu menghantui. Maaf saya lebih memilih untuk tumbuh dan berkembang, bukan diam menunggu kalian. Maafkan saya." Dalam hal ini, saya bukannya tidak pernah menyakiti teman saya, saya bukanlah manusia suci yang tidak memiliki kesalahan kepada mereka. Namun, jika memang saya sadar akan kesalahan saya, saya akan dengan senang hati meminta maaf, namun, apabila saya tidak mengetahui apa salah saya, mungkin lebih baik anda mengatakannya kepada saya, apa salah saya, dan jika itu memang salah saya dan perbuatan saya, saya akan meminta maaf kepada anda.

Dari sedikit banyak pengalaman saya hidup, yang saya pelajari adalah, kamu boleh meminta maaf dan mengakui kesalahan apabila kamu memang melakukan hal yang keliru, namun apabila kamu tidak melakukannya, jangan pernah mengakui, karena itu hanya akan membuat orang yang membuat mu dituduh senang. Ya, memang egois, namun itu adalah bentuk pembelaan diri.

Datang atau pergi adalah pilihan dari setiap manusia, jadi lebih baik menerima yang datang dan merelakan yang pergi, seringkali merelakan sesuatu itu sulit, namun itu adalah sebuah usaha untuk memperbaiki diri, mungkin memang sulit, namun apa salahnya untuk mencoba merelakan yang sudah pergi.

Salam kasih untuk kalian semua. ♡♡♡